Perbanyakkan amalan di bulan yang mulia ini...
 

Minggu, 14 Februari 2010

50 Pengasuh Pondok di Jawa-Madura Dukung Gus Solah

0 komentar

Kediri (beritajatim.com)-– Sekitar 50 orang kiai se -awa-Madura menggelar pertemuan di kediaman KH Idris Marzuki, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kediri, Minggu (14/2/2010) siang.
Dalam forum pertemuan para pengasuh ponpes secara tertutup tersebut, para kiai membicarakan tentang kesepakatan mereka untuk mendukung KH Sholahuddin Wahid, yang akrab disapa dengan Gus Solah, pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang, sebagai kandidat calon ketua umum PBNU.
Pengasuh Ponpes Assayidiyah Kediri, KH Anwar Iskandar, kepada sejumlah media mengatakan, dalam forum pimpinan ponpes se Jawa-Madura tersebut di dalamnya membicarakan tentang harapan-harapan dan usulan-usulan para kiai agar menjadi bagian yang diputuskan dari muktamar NU mendatang.
“Ada dua hal penting yang dibicarakan dalam forum ini. Pertama, mengenai masalah yang bersifat material dan yang kedua mengenai masalah figur. Mengenai masalah material, tadi sepakat bahwa muktamar itu harus membuat keputusan yang menjamin tentang keselamatan ahli sunnah waljamaah. Jangan sampai dimasuki orang-orang yang berpaham di luar itu," ungkap Gus War, panggilan Anwar Iskandar.
Gus War menambahkan, materi kedua yang dibicarakan tentang usulan penguatan-penguatan terhadap peran ulama atau peran suriyah di dalam di setiap pengambilan keputusan.
"Yang ketiga, adalah seruan-seruan moral. Seperti, sekarang ini misalnya, sedang marak-maraknya masalah yang berhubungan dengan UU No. 1 tahun 1965, tentang UU Penodaaan Agama, maka para kiai-kiai menghendaki agar Mahkamah Konstitusi (MK) menolak ususal LSM itu untuk peninjauan kembali (PK),” tegas Gus War.
Gus War mengatakan, mengenai masalah figur, arah daripada perkumpulan para kiai-kiai itu menghendaki Gus Solah, adik almarhum KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, tanpa menafikan yang kandidat yang lain. Oleh karena itu, Gus Solah agar direkomendasi menjadi ketua umum PBNU mendatang.
"Kalau alasan memilih Gus Solah itu karena sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Seperti, mengetahui tentang ‘njoreone’ Nahdatul Ulama (NU), paham ahli sunnah wahjamaah, mengerti manajemen dan administrasi dan punya pondok pesantren,” imbuh Gus War.
Hasil dari forum iniakan disampaikan kepada pengurus NU, yang notabene adalah para santri-santri dari sejumlah kiai tersebut. “Kiai-kiai ini sebenarnya adalah orang-orang yang tidak memiliki otoritas organisatoris. Tetapi mempunyai otoritas moral. Meski demikian, pemegang saham terbsar di NU itu adalah kiai. Jadi seruan ini tentu diberikan kepada pengurus, yang notabene adalah santrinya kiai. Seperti KH. Hasan Mutawakil, itu kan santrinya Lirboyo,” terang Gus War.
Secara terpisah, Pengasuh Ponpes As-Somadiyah KH Sofiyullah, yang juga salah satu peserta yang ikut dalam forum tersebut mengaku bahwa dirinya bersama para kiai-kiai lain telah menyatakan sikap untuk mendukung Gus Solah. Bahkan, para kiai yang tidak dapat hadir dalam pertemuan itu, menyampaikan sikapnya dukungannya kepada Gus Solah melalui handphone, seperti KH A. Nawawi Abdul Jalil, Pengasuh Ponpes Sidogiri Pasuruan.
Ditanya mengenai apakah tidak ada kekhawatiran NU akan terlibat pada politik praktis, karena sebelumnya Gus Solah sempat mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden RI, KH Shofiullah mengaku menjamin tidak akan terjadi. "Gus Solah telah menunjukkan dirinya bahwa dia bersih. Pasalnya, saat mencalonkan diri sebagai wakil presiden RI dulu, dia mengundurkan diri dari kepengurusan NU. Itu adalah bukti bahwa Gus Solah mampu untuk memegang kepemimpinan NU," ujar Shofiullah.
Sekadar diketahui, saat ini memang sudah muncul beberapa nama kandidat calon yang akan maju dalam muktamar NU di Makassar nanti. Di antaranya, KH Said Agil Sirat, KH Ali Maschan Moesa, KH Masdar Farid Mas'udi, dan KH Sholahuddin Wahid. Kendati demikian, Gus Solah nampaknya yang mendapat sambutan positif dari para kiai-kiai se Jawa-Madura ini.
Sesuai buku hadir, ke-50 kiai-kiai pengurus ponpes tersebut antara lain, KH H Mudatsir dari Pamekasan Madura, KH Maghfir dari RMI Jawa Tengah, KH Mashul Islamil dari Mojokerto, KH Jamli dari Kudus, KH Moch Lutfi dari Pamekasan, KH H Ali Robbini dari Pamekasan, KH H Abdul Wasik dari Pamekasan, KH H Zaim Ahmadi dari Rembang, Jawa Tengah, KH H Masbukhin Fakih dari Gresik, KH Muklas dari Sidoarjo, KH Moch Sobirin dari Pasuruhan, KH Muhaimin Bisri dari Sampang, KH Zaenudin Jazuli dari Ponpes Ploso, Mojo, Kediri, dan masih banyak kiai lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar