Perbanyakkan amalan di bulan yang mulia ini...
 

Jumat, 12 November 2010

Hewan Qurban di Kediri Lepas dari Pantauan Dinas

0 komentar
Kediri (beritajatim.com) - Seperti menjadi agenda rutin, setiap akan datang Hari Raya Idul Adha petugas Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri selalu melakukan pemantauan hewan qurban. Sayangnya, pemantauan tersebut tidak mengena.

Sebab, petugas hanya memeriksa hewan qurban pada peternak langganan. Mereka tidak melakukan pemeriksaan pada peternak rumahan secara keseluruhan. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri Sri Suparmi beralasan jumlah peternak di Kabupaten Kediri sangat banyak, sehingga tidak mampu dijangkau secara keseluruhan.

Hari Raya Idul Adha tahun 2010 ini, 10 Dzulhijah 1431 H diperkirakan jatuh pada 17 November besok. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri kembali melakukan pemeriksaan di tempat pertanakan sekaligus pengepul kambing milik Agus Mujiono (48) di Dusun Joho, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.

"Setiap tahun selalu diperiksa oleh petugas dari Dinas Perternakan. Jadi kami sudah tidak asing lagi. Pokoknya mendekati hari raya Idul Adha, petugas selalu kemari," kata Budi Sutisno, anak kandung Agus Mujiono.

Di tempat peternakan Agus Mujono, petugas memeriksa kondisi fisik kambing. Mulai bulu, kaki, mata, hingga testis kambing. Pemeriksaan juga melibatkan karyawan Agus.

"Melihat bulunya apakah terkena penyakit scabies atau penyakit menular atau tidak. Kemudian melihat matanya buta atau tidak, kakinya pincang atau normal, maupun testisnya. Khusus pemeriksaan testis ini bertujuan untuk mengetahui sangklir (hanya memiliki satu testis) atau tidaknya, simetris atau tidak," ujar Sri Suparmi, Kepala Dinas Peternakan dan Pertandian Kabupaten Kediri, Kamis (11/11/2010).

Tidak ada penyakit berbahaya yang ditemukan di peternakan dan pengepul kambing Agus Mujiono. Petugas hanya mendapati kambing yang belum "Poel", atau kambing yang belum memenuhi umur untuk dilakukan potong sebagai hewan qurban. Petugas langsung memberitahukan temuan itu kepada pemiliknya agar tidak dijual sebagai hewan qurban.

Sri Suparmi mengaku kelemahannya dalam memantau seluruh ternak baik kambing maupun sapi di Kabupaten Kediri. Pemantauan pada masing-masing ternak rumah tangga hanya bisa dilakukan dalam bentuk kelompok. Biasanya dinas hanya memeriksa sebagian saja (sampel).

Padahal, hewan ternak dari rumah tangga malah sering diburu untuk dijadikan hewan qurban. Perawatan di kandang ternak khusus (pengepul) tentunya lebih intensif dari ternak rumah tangga. Mulai dari segi kebersihan tempat, hingga makanan. Sebab, di peternakan khusus memperkerjakan pegawai dalam jumlah banyak.

"Saya yakin perawatan pada pertenakan rumah tangga juga sama intensif. Mereka (peternak) akan merawat hewannya agar harga jualnya juga tinggi. Jadi saya rasa mereka bisa memaksimalkan perawatan hewan ternaknya masing-masing," ungkap Sri Suparmi.

Kendati tidak mampu menjau seluruh ternak khususnya di rumah tangga, Sri Suparmi terus berupaya memantau hewan qurban secara maksimal. Petugas akan melakukan inspeksi mendadak (sidak) secara berkesinambungan hingga mendekati hari H lebaran. "Bahkan, pada hari H kita masih berkeliling untuk memantau kondisi daging qurban," tandas Sri Suparmi.
http://m.beritajatim.com

Sekedar diketahui, pada peternakan dan pengepul kambing milik Agus Mujiono saat ini sebanyak 200 kambing. Ratusan kambing itu terbagi dalam tiga jenis. Yakni, Kambing Etawa, Presi dan Kacang. Harga jual kambingnya bervariatif. Mulai dari harga Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. Kambing jenis Etawa merupakan jenis paling mahal diantara dua jenis lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar